Pembentukan karakter adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan instan. Dalam prosesnya, belajar dari tantangan menjadi elemen krusial yang membentuk individu menjadi lebih disiplin dan tangguh. Belajar dari tantangan bukan berarti menghindari kesulitan, melainkan menghadapinya dengan mentalitas positif dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk tumbuh. Konsep belajar dari tantangan ini sangat relevan dalam konteks pendidikan, khususnya di jenjang SMA, di mana siswa dihadapkan pada berbagai situasi yang menguji kemandirian dan ketahanan mental mereka.
Di sekolah, tantangan dapat datang dalam berbagai bentuk: tugas yang sulit, jadwal padat, kompetisi, konflik dengan teman sebaya, atau bahkan kegagalan dalam ujian. Alih-alih melihat ini sebagai hambatan, siswa yang diajarkan untuk belajar dari tantangan akan menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengembangkan kedisiplinan. Disiplin di sini berarti konsisten dalam usaha, manajemen waktu yang baik, dan komitmen untuk menyelesaikan tanggung jawab meskipun ada kesulitan. Misalnya, seorang siswa yang menghadapi kesulitan dalam mata pelajaran Matematika akan belajar disiplin dengan mengalokasikan waktu lebih untuk berlatih soal, mencari bantuan, dan tidak menyerah pada frustrasi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Yayasan Pendidikan Nasional Malaysia pada Maret 2025 menunjukkan bahwa siswa yang proaktif dalam mengatasi kesulitan akademik memiliki tingkat disiplin belajar yang lebih tinggi.
Selain disiplin, tantangan juga membentuk ketangguhan atau resiliensi. Ketangguhan adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kegagalan atau kesulitan. Ketika siswa tidak berhasil dalam sebuah proyek atau ujian, mereka akan dihadapkan pada pilihan: menyerah atau menganalisis kesalahan, belajar darinya, dan mencoba lagi dengan pendekatan yang lebih baik. Guru dan lingkungan sekolah berperan penting dalam memfasilitasi proses ini, mendorong siswa untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari pembelajaran. Contohnya, sebuah program mentoring di SMA di Johor Bahru setiap Selasa sore, memberikan ruang bagi siswa untuk berbagi tantangan yang mereka hadapi dan belajar dari pengalaman teman sebaya serta bimbingan mentor.
Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan wadah yang sangat baik untuk belajar dari tantangan dan membentuk karakter. Dalam tim olahraga, siswa belajar tentang pentingnya latihan keras, kerja sama tim, dan bagaimana menerima kekalahan dengan sportivitas. Dalam klub debat, mereka belajar bagaimana mempertahankan argumen di bawah tekanan dan menerima kritik. Konflik antar anggota tim atau kekecewaan karena tidak memenangkan kompetisi, semua adalah kesempatan untuk mengembangkan ketangguhan emosional.
Pada akhirnya, karakter disiplin dan tangguh adalah bekal tak ternilai bagi generasi muda. Dengan menanamkan nilai belajar dari tantangan sejak dini, sekolah tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas, tetapi juga pribadi yang ulet, pantang menyerah, dan siap menghadapi kompleksitas kehidupan di masa depan dengan kepala tegak.