Pertanyaan mendasar yang kerap muncul di benak para pemangku kepentingan adalah sejauh mana kualitas pendidikan di suatu negara mampu mempersiapkan generasi mudanya untuk bersaing di pasar global. Di era di mana batas-batas geografis semakin kabur dan persaingan antarindividu semakin ketat, sistem pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan global, adaptif, dan inovatif. Sebuah laporan dari Bank Dunia pada bulan April 2024 menyoroti bahwa banyak negara berkembang masih menghadapi tantangan serius dalam mencapai standar pendidikan global, terutama dalam aspek literasi digital dan kemampuan berbahasa asing.
Untuk mengukur kualitas pendidikan yang relevan dengan persaingan global, beberapa indikator penting perlu diperhatikan. Pertama adalah kurikulum yang adaptif dan berorientasi masa depan. Kurikulum tidak boleh hanya berfokus pada hafalan teori, melainkan harus mendorong pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas. Kedua, kualifikasi dan profesionalisme tenaga pengajar. Guru harus memiliki kompetensi yang tinggi, mampu menguasai metode pembelajaran inovatif, dan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada acara Hari Guru Nasional, 25 November 2024, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan bahwa 70% guru di tingkat sekolah menengah telah mengikuti program pelatihan berbasis keterampilan abad ke-21.
Ketiga, ketersediaan dan pemanfaatan teknologi pendidikan. Integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar adalah keharusan untuk membekali siswa dengan literasi digital yang mumpuni. Keempat, kemampuan berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris, yang merupakan bahasa universal dalam komunikasi global. Kelima, keterlibatan aktif antara institusi pendidikan dengan industri. Kolaborasi ini memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja global. Misalnya, pada 10 Januari 2025, terjadi penandatanganan MoU antara sejumlah universitas di Indonesia dengan perusahaan multinasional untuk program magang dan pengembangan kurikulum bersama.
Meskipun upaya perbaikan terus dilakukan, tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan masih besar. Salah satunya adalah pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas, terutama di daerah terpencil. Selain itu, investasi yang belum optimal dalam fasilitas dan infrastruktur pendidikan juga menjadi hambatan. Untuk mengatasi ini, strategi peningkatan harus mencakup: pertama, peningkatan anggaran pendidikan yang signifikan dan tepat sasaran. Kedua, pengembangan program pelatihan guru yang berkesinambungan dan relevan dengan tuntutan global. Ketiga, reformasi kurikulum yang menekankan pada keterampilan abad ke-21 dan kompetensi global. Keempat, penguatan kerja sama internasional dalam pertukaran pelajar dan program akademik. Dengan demikian, diharapkan lulusan memiliki bekal yang mumpuni untuk bersaing dan berkontribusi di pasar global.