Mengatasi Kesenjangan Kualitas Pendidikan SMA: Studi Kasus Antara Kota dan Desa

Mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) antara wilayah perkotaan dan pedesaan adalah salah satu tantangan terbesar dalam sistem pendidikan Indonesia. Perbedaan akses terhadap fasilitas, kualitas guru, dan sumber daya belajar seringkali menciptakan disparitas yang signifikan dalam kesempatan dan hasil belajar siswa. Ini berdampak pada mobilitas sosial dan daya saing lulusan. Pada hari Jumat, 20 September 2024, dalam Forum Pendidikan Nasional di Surabaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menegaskan komitmennya untuk mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan ini secara menyeluruh.

Studi kasus menunjukkan bahwa faktor utama penyebab kesenjangan kualitas pendidikan adalah ketersediaan guru berkualitas. SMA di daerah perkotaan cenderung memiliki guru dengan kualifikasi lebih tinggi, pengalaman lebih banyak, dan akses ke pelatihan berkelanjutan. Sebaliknya, sekolah di daerah terpencil seringkali kekurangan guru, terutama untuk mata pelajaran spesifik, atau diisi oleh guru honorer dengan kualifikasi terbatas. Misalnya, di Kabupaten A, Provinsi X, pada awal tahun ajaran 2024/2025, 40% guru SMA di daerah pedesaan berstatus honorer, berbanding 15% di wilayah kota. Data ini diperoleh dari laporan Dinas Pendidikan setempat.

Selain itu, akses terhadap fasilitas dan teknologi juga menjadi pembeda signifikan. SMA di kota umumnya dilengkapi dengan laboratorium yang memadai, perpustakaan modern, dan akses internet berkecepatan tinggi, yang mendukung proses belajar mengajar. Sementara itu, banyak sekolah di desa masih minim fasilitas dasar, bahkan tidak memiliki akses listrik atau internet yang stabil. Hal ini tentu saja membatasi metode pembelajaran dan akses siswa terhadap informasi. Survei infrastruktur pendidikan yang dilakukan pada 12 Oktober 2024, oleh lembaga independen, menunjukkan bahwa 60% SMA di pedesaan masih menghadapi tantangan serius terkait infrastruktur digital.

Untuk mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan ini, berbagai strategi telah diimplementasikan, meliputi program pemerataan guru melalui penempatan guru ASN di daerah terpencil, pembangunan dan rehabilitasi fasilitas sekolah, serta penyediaan akses internet gratis. Program beasiswa bagi siswa dari daerah terpencil untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi juga terus digalakkan. Dengan upaya kolaboratif dari pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, diharapkan kesenjangan ini dapat diminimalkan, sehingga setiap siswa SMA di Indonesia, di mana pun lokasinya, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dan meraih masa depan yang lebih baik.