Di tahun 2025 ini, saat Kurikulum Merdeka semakin menancapkan akarnya dalam sistem pendidikan nasional, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada Peran Guru. Bukan hanya sebagai penyampai materi, guru adalah arsitek pembelajaran, fasilitator, dan inovator yang harus mampu beradaptasi dengan tuntutan kurikulum baru. Tanpa dedikasi dan kreativitas para pendidik, setiap perubahan kurikulum, sehebat apa pun teorinya, akan sulit mencapai tujuannya.
Salah satu aspek krusial dari Peran Guru dalam suksesnya kurikulum adalah kemampuan adaptasi terhadap filosofi dan prinsip baru. Kurikulum Merdeka, misalnya, menekankan pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat pada siswa. Ini menuntut guru untuk memahami beragam kebutuhan belajar siswanya, merancang aktivitas yang bervariasi, dan menyediakan dukungan yang sesuai. Contohnya, pada lokakarya Kurikulum Merdeka yang diadakan di Jakarta Pusat pada tanggal 10 Mei 2025, guru-guru dilatih untuk membuat modul ajar yang fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan konteks lokal dan minat siswa. Adaptasi ini tidak mudah, namun sangat esensial.
Selain adaptasi, Peran Guru juga mencakup inovasi dalam metode pengajaran. Kurikulum Merdeka mendorong proyek-proyek lintas disiplin seperti Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang membutuhkan kreativitas guru dalam merancang skenario pembelajaran yang menarik dan relevan. Misalnya, seorang guru di sebuah SMP di Jawa Timur pada bulan April 2025 berhasil mengimplementasikan proyek daur ulang sampah yang tidak hanya mengajarkan sains, tetapi juga nilai gotong royong dan kepedulian lingkungan. Inovasi semacam ini menjadikan pembelajaran lebih hidup dan bermakna.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui berbagai program pelatihan dan pendampingan, terus mendukung Peran Guru ini. Workshop rutin diadakan setiap hari Jumat, misalnya, untuk membekali guru dengan kompetensi yang diperlukan dalam Kurikulum Merdeka. Guru juga didorong untuk berkolaborasi dengan sesama pendidik, berbagi praktik baik, dan belajar dari pengalaman. Dengan demikian, guru bukan lagi subjek pasif yang hanya mengikuti instruksi, melainkan aktor utama yang secara aktif membentuk wajah pendidikan di Indonesia. Keberhasilan Kurikulum Merdeka untuk mencetak generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing, pada akhirnya, berada di tangan para guru yang berdedikasi dan inovatif.